Monday 13 November 2017

Against Gender Stereotyping



Kalau dipikir-pikir, yang sebenarnya dirugikan oleh adanya budaya patriarki dengan segala ke-seksisannya itu bukan cuma pihak perempuan yang dalam berbagai kajian sering diposisikan tidak setara; seakan hanya menjadi second sex dan kaum yang termarjinalkan. Laki-laki pun. Misalnya, budaya patriarki melahirkan stereotipe laki-laki dominan, di mana laki-laki harus selalu tampak kuat, perkasa, jantan, blablabla. Sejak kecil sudah ditanamkan pada kita jika anak laki-laki nggak elok untuk menangis, anak laki-laki haram hukumnya menjadi cengeng dan 'cilik atine', padahal apa salahnya menangis? Wong menurut teori ego defense mechanism, menangis itu salah satu bentuk pertahanan diri yang natural bagi manusia tanpa memandang apa jenis kelamin dan gendernya.

Contoh lain, memasak. Sedari kecil kita diarahkan bahwa anak laki-laki main mobil-mobilan, dan anak perempuan masak-masakan. Anak laki-laki yang main masak-masakan bareng teman perempuannya segera dianggap menyimpang. Padahal, apa salahnya laki-laki yang memang suka memasak? Menjadi chef tak lantas membuat teman punk-ku Henry yang badannya penuh dengan tato kehilangan jati dirinya sebagai lelaki, berlaku juga bagi chef lain tentunya.

Contoh lain lagi, kaitannya dengan foto dalam postingan ini; bicara soal busana, perempuan mendapat prifilej sedikit lebih tinggi dalam hal ini di mana mereka mendapat lebih kebebasan untuk mengeksplorasi pakaian, seperti misalnya perempuan yang tampil boyish dengan ripped jeans, jaket kulit, dan sneakers akan dipandang keren,, tapi untuk lelaki yang ingin memakai rok dan put some make up on his face akan dicap sebagai banci (dalam konotasi negatif, padahal bagiku definisi banci ini sendiri masih terlalu nggrambyang dan bias), dan sering dikaitkan dengan label penyuka sesama jenis, gay, homo. Padahal pakaian di sini tidak berkorelasi dengan preferensi seksual. Mau bukti? Coba tanyakan ke aku apa cuma karena didandanin selayaknya perempuan kemudian aku mendadak suka laki-laki,, duh, kasihan pacarku Najla  kalau begitu...

Kalau memang laki-laki ingin memakai rok, apa salahnya gitu? Di Skotlandia dikenal 'kilt', gaya berbusana tradisional di mana laki-laki mengenakan rok bermotif tartan, -- di Jawa pun, laki-laki biasa memakai kain jarik, bukan celana, so what? Contoh ketidak adilan lain banyak, dan tentu saja itu tak hanya menyerang salah satu jenis kelamin saja. Mengutip sepenggal kalimat dari hasil wawancaraku dengan salah satu ilustrator kebanggaan Dewo Shake'n'Soap, "Patriarki itu tai!!!".

No comments:

Post a Comment

mari kita mulai diskusi kita dari sini