Thursday 17 March 2016

Anggara

Sebuah tipografi karya seorang teman, Anggara Sindhunata


Izinkan saya sedikit bercerita, tentang seorang yang saya kenal bernama Anggara. "Aang", kami di kampus biasa memanggilnya. Dari sekian banyak manusia yang saya kenal, khususnya mereka yang seumuran, Anggara adalah salah satu yang paling saya hormati. Ya, dialah seorang pekerja keras, ulet, rendah hati, dan pintar tentunya. Hampir tak ada cela yang mengekor ketika kita bicara tentangnya.

Ketertarikan kami pada industri kreatif, khususnya advertising sering membawa kami terlibat pada obrolan-obrolan mendalam dan panjang. Dalam sekali waktu, saya menganggapnya sebagai teman sekaligus rival. Well yea, meskipun saya belum berpikir bisa melampauinya, hey, he's too great for me :) tapi yah,, dialah salah satu inspirasi saya untuk maju dan terus maju. Tanyakan Daniel Revelino kalau tak percaya, iya kan dia sering jadi target kita dalam berbagai hal? Kelompok tugas atau start up usaha misalnya.

Dia jugalah salah satu teman saya dalam memperjuangkan toga. Yah, kala itu kami mengurus berkas ujian bersamaan dan menghadapi ujian akhir dalam minggu yang sama pula. Selanjutnya, lagi-lagi bersama kami mengurus segala berkas birokrasi sialan demi memperjuangkan wisuda Maret lalu, meskipun hasilnya nihil. Menyebalkan. Ya, saya banyak mengumpat, pastinya karena dosen pembimbing akademik kami -yang kebetulan sama- yang tak bertanggung jawab. Tapi Anggara, dia tetap tampak legawa, tak sedikitpun kata kotor keluar dari mulutnya meskipun saya tau ia juga sama kesalnya.

Saya ingat, terakhir kali bertemu dengannya adalah di hari terakhir sebelum ditutupnya pendaftaran wisuda. Kami menunggu di kampus tanpa kepastian sekiranya sampai jam 6 petang. Saat itu hujan deras, sembari menunggu, yah kami ngobrol banyak hal, dari masalah birokrasi sampai tawar menawar dan lempar melempar project. Rasanya hampir semua hal yang ia ketahui tentang seluk beluk kota Solo selama menjalankan creative agency-nya ia ceritakan pada saya, sangat banyak dan tentu saja itu jadi informasi yang berharga pula buat saya yang juga tengah merintis usaha di bidang yang sama. Tentu saja kami adalah saingan, tapi sharing tetap menjadi suatu hal yang menyenangkan. Ya, sangat menyenangkan.

Beberapa hari hari berlalu, wisuda bulan Maret pun tiba, artinya pada minggu berikutnya pendaftaran untuk periode selanjutnya telah dibuka. Tentu saja saya menyegerakan diri untuk segera menyelesaikannya. Cukup heran saya ketika Anggara anteng-anteng saja. Tak ada chat darinya yang biasa mengabarkan bahwa dosen ini sudah di kampus, atau berkas ini harus dibawa. Cukup penasaran, sampai akhirnya saya tahu kabar bahwa ia tengah terbaring di rumah sakit. Tanggapan saya? Tentu saja heran. Hello, orang seulet dia bisa sakit juga rupanya.

Suatu hari, lewatlah sebuah postingan di beranda Facebook saya yang menyatakan bahwa Anggara harus istirahat penuh, oleh karena itu semua saluran komunikasi dimatikan. Yah, kami sebagai teman hanya bisa mendoakan. Kami yang tiap membicarakannya selalu yakin bahwa, "Orang ini nantinya bakal jadi orang besar di Solo!".

Tapi sayang sekali, hari ini ia harus berpulang mendahului kita semua, tanpa sempat memakai toga saat wisuda atau membiarkan saya sedikit lagi mengejar prestasinya :) Tapi seperti yang ditulisnya, He was born again forever safe in the Savior's hand :)) Rest In Peace my friend, my rival, Anggara.

No comments:

Post a Comment

mari kita mulai diskusi kita dari sini