Tuesday, 10 December 2013

Ketika anda mengerti apa yang diinginkan wanita, maka sangat mudah bagi anda mendapatkan hatinya.

“Imagine the possibilities! If you know what women want, you can rule.”
(What Women Want – 2000)
          
Judul post yang terlalu panjang?! Yak! Karena saya hanya meng-copynya dari kalimat pertama yang saya tulis dalam paper tugas Advertising di kampus saya untuk membuat review mengenai film What Women Want dari sudut pandang pribadi seorang mahasiswa yang mempelajari advertising *slap*. Ya, tugas yang sangat menyenangkan seandainya tidak terbatas pada quest "diketik pada selembar kertas A4, times new roman 12 spasi 1,5, panjangnya review tidak boleh lebih dari satu halaman", mengingat saya adalah tipe orang yang betah menulis banyak hal ketika saya menyukai apa yang saya tulis.

Yah, karena saya rasa film ini cukup menarik, bolehlah kalau saya tulis juga sebagai isi dari postingan ini :v ya, memang boleh, karena ini blog pribadi saya,, jadi terserah saya :v


Ketika anda mengerti apa yang diinginkan wanita, maka sangat mudah bagi anda mendapatkan hatinya. Kira-kira sesederhana itulah konsep utama yang ditawarkan dalam film komedi romantis What Women Want besutan Nancy Meyers. Cerita berpusat pada Nick Marshall (Mel Gibson), seorang creative director pada sebuah advertising agency yang cukup disegani di masanya dengan menangani klien-klien besar untuk produk lelaki. Namun, seiring berjalannya waktu, tingkat konsumerisme wanita meningkat yang menyebabkan munculnya banyak produk wanita, dari sinilah permasalahan dimulai. Agency tempat Nick bekerja nyaris bangkrut karena tidak satupun klien berhasil mereka menangkan dalam pitching, untuk itulah didatangkan Darcy Maguire (Helen Hunt), seorang creative director wanita untuk menggantikan posisi Nick.

Darcy yang baru saja datang memberikan kotak-kotak berisi produk wanita untuk kemudian setiap anggota departemennya diminta membawa setidaknya sebuah ide iklan untuk produk-produk tersebut. Nick, creative director sebelumnya yang memang cenderung seorang chauvinis merasa tertantang dan yakin bahwa dirinya akan datang dengan ide-ide tersebut. Namun kenyataanya, mendapatkan ide tidak semudah membalikkan telapak tangan. Nick mulai mencoba produk-produk tersebut dengan harapan mengerti apa yang diinginkan wanita, hingga sebuah kecelakaan elektronik menimpanya, membuat dirinya mendapat sebuah kemampuan untuk mendengar apa yang dipikirkan wanita.

Di sini saya tidak akan membuat review utuh mengenai film tersebut, melainkan hanya berdasarkan pandangan saya sebagai mahasiswa yang mempelajari advertising. Singkatnya, dengan kemampuannya tersebut akhirnya Nick dapat mempresentasikan idenya untuk produk dari Nike, yang mana ide tersebut merupakan ide orisinil dari Darcy yang dia curi dengan kemampuannya tersebut.

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, kita tidak akan membahas bagaimana hubungan cinta antara Nick dan Darcy ataupun trivia-trivia lainnya di sini. Sebagai mahasiswa yang mempelajari advertising, saya merasa film ini merupakan poret mengenai bagaimana mempelajari audiens merupakan hal yang paling penting dalam advertising ; dalam film ini wanita. Pesan yang ingin disampaikan bahwa ketika anda memahami keinginan wanita, maka anda dapat menguasainya telah disampaikan dengan baik dan dapat menjadi refleksi dari kegiatan advertising itu sendiri, di mana ketika kita ingin meraih hati audiens, maka kita harus memahami keadaan target audiens dan apa yang mereka inginkan supaya iklan yang kita buat tepat sasaran. Untuk itulah kegiatan riset sangat penting dalam dunia advertising karena kita tidak memiliki kemampuan spesial seperti yang dimiliki Nick. :)

No comments:

Post a Comment

mari kita mulai diskusi kita dari sini