Masihkah kamu
mencintaiku meskipun sering kali aku menyakitimu? Meskipun berulang kali aku
meminta maaf untuk kesalahan-kesalahanku padamu? Meskipun tiap malam aku harus
menangis sesenggukan di pundakmu? Meskipun tiap hari kamu harus habiskan
waktumu untuk menenangkanku? Masihkah kamu mencintaiku meskipun aku tak bisa
lagi seperti dulu?
Aku takut…
Aku takut kamu
pergi meninggalkanku.
Kamu adalah
lelaki kuat yang selalu ada untukku, menguatkanku di tengah keadaan lemahku.
Menjagaku meskipun seringkali kamu lakukan itu dengan sikap posesifmu. Aku suka
itu, dan karena itu pula lah aku takut kehilanganmu.
Adakah lelaki
lain yang mampu mencintaiku sehebat kamu?
Ada kalanya kamu
yang tampak lelah berkata, “Semua ada batasnya! Termasuk aku. Aku manusia
biasa. Aku nggak sehebat yang kamu bayangkan! Aku nggak suka bertahan dalam
kondisi seperti ini!”. Sungguh, aku berpikir kalimat lemah itu sangat tak
pantas diucapkan olehmu. Kamu lelaki hebat, bahkan terlampau hebat dalam hal
mencintaiku. Kamu, iya kamu! Bahkan jauh lebih hebat dari sosok apapun yang
mereka sebut dengan super hero. Kamu super duper hero-ku, meskipun aku tak
melihatmu memiliki sayap, berkostum baja, dan memiliki kekuatan istimewa
seperti mereka yang dengan gagahnya muncul di layar kaca. Tapi kamu benar-benar
hebat. Kamu benar-benar kuat dalam hal mencintaiku. Maka dari itu kalimat lemah
barusan sungguh tak pantas keluar dari mulutmu.
Tapi…
Di sisi lain,
jauh di dalam lubuk hatiku sadar benar bahwa aku mengiyakan perkataanmu. Kamu
hanyalah manusia biasa, lengkap dengan batasan-batasan yang tentu saja sulit
bagimu untuk tidak melampauinya. Lengkap dengan kelemahan-kelemahan yang sudah
semestinya ada pada setiap manusia. Kontradiktif? Ya, memang. Di satu sisi aku
memandangmu sebagai lelaki tanpa celah, namun di sisi lain aku melihatmu
sebagai lelaki yang sudah tampak lemah mencoba bertahan untuk tidak keluar
batas… Ironis…
Aku takut…
Aku takut kamu
meninggalkanku…
Apa bisa kamu terus
bertahan dalam keadaan kita yang seperti ini? Apa sanggup kamu selalu
menguatkanku sementara aku diam hampir menyerah, hanya bersandar lemah pada
topangan yang kamu berikan?
Aku takut…
Aku takut kamu
menemukan seseorang lain yang juga mampu menguatkanmu. Seseorang lain yang
tentunya tidak merepotkanmu seperti aku.
Aku takut…
Takut akan
kalimat yang kau ucapkan. Kamu memang masih tampak kuat, bahkan setelah kamu mengucapkannya.
Kamu belum berhenti melindungiku, kamu belum berhenti peduli padaku, kasih
sayang dan perhatianmu belum berhenti tercurah padaku, dan kamu tampak tak
kenal lelah dalam memperjuangkan hubungan kita…
Tapi, aku takut…
Karena aku sadar,
aku benar-benar sadar… Sekuat apapun kamu di mataku, kamu tetaplah manusia
biasa yang tentu saja ada batasnya…
Lalu, aku harus apa?

No comments:
Post a Comment
mari kita mulai diskusi kita dari sini