Wednesday, 18 September 2013

Aku Harus Apa? (part 1)



Masihkah kamu mencintaiku meskipun sering kali aku menyakitimu? Meskipun berulang kali aku meminta maaf untuk kesalahan-kesalahanku padamu? Meskipun tiap malam aku harus menangis sesenggukan di pundakmu? Meskipun tiap hari kamu harus habiskan waktumu untuk menenangkanku? Masihkah kamu mencintaiku meskipun aku tak bisa lagi seperti dulu?

Aku takut…

Aku takut kamu pergi meninggalkanku.

Kamu adalah lelaki kuat yang selalu ada untukku, menguatkanku di tengah keadaan lemahku. Menjagaku meskipun seringkali kamu lakukan itu dengan sikap posesifmu. Aku suka itu, dan karena itu pula lah aku takut kehilanganmu.

Adakah lelaki lain yang mampu mencintaiku sehebat kamu?

Ada kalanya kamu yang tampak lelah berkata, “Semua ada batasnya! Termasuk aku. Aku manusia biasa. Aku nggak sehebat yang kamu bayangkan! Aku nggak suka bertahan dalam kondisi seperti ini!”. Sungguh, aku berpikir kalimat lemah itu sangat tak pantas diucapkan olehmu. Kamu lelaki hebat, bahkan terlampau hebat dalam hal mencintaiku. Kamu, iya kamu! Bahkan jauh lebih hebat dari sosok apapun yang mereka sebut dengan super hero. Kamu super duper hero-ku, meskipun aku tak melihatmu memiliki sayap, berkostum baja, dan memiliki kekuatan istimewa seperti mereka yang dengan gagahnya muncul di layar kaca. Tapi kamu benar-benar hebat. Kamu benar-benar kuat dalam hal mencintaiku. Maka dari itu kalimat lemah barusan sungguh tak pantas keluar dari mulutmu.

Tapi…

Di sisi lain, jauh di dalam lubuk hatiku sadar benar bahwa aku mengiyakan perkataanmu. Kamu hanyalah manusia biasa, lengkap dengan batasan-batasan yang tentu saja sulit bagimu untuk tidak melampauinya. Lengkap dengan kelemahan-kelemahan yang sudah semestinya ada pada setiap manusia. Kontradiktif? Ya, memang. Di satu sisi aku memandangmu sebagai lelaki tanpa celah, namun di sisi lain aku melihatmu sebagai lelaki yang sudah tampak lemah mencoba bertahan untuk tidak keluar batas… Ironis…

Aku takut…

Aku takut kamu meninggalkanku…

Apa bisa kamu terus bertahan dalam keadaan kita yang seperti ini? Apa sanggup kamu selalu menguatkanku sementara aku diam hampir menyerah, hanya bersandar lemah pada topangan yang kamu berikan?

Aku takut…

Aku takut kamu menemukan seseorang lain yang juga mampu menguatkanmu. Seseorang lain yang tentunya tidak merepotkanmu seperti aku.

Aku takut…

Takut akan kalimat yang kau ucapkan. Kamu memang masih tampak kuat, bahkan setelah kamu mengucapkannya. Kamu belum berhenti melindungiku, kamu belum berhenti peduli padaku, kasih sayang dan perhatianmu belum berhenti tercurah padaku, dan kamu tampak tak kenal lelah dalam memperjuangkan hubungan kita…

Tapi, aku takut…

Karena aku sadar, aku benar-benar sadar… Sekuat apapun kamu di mataku, kamu tetaplah manusia biasa yang tentu saja ada batasnya…

Lalu, aku harus apa?






No comments:

Post a Comment

mari kita mulai diskusi kita dari sini