Wednesday, 9 April 2014

9 April 2014 - Saya skeptis dan saya golput!

"Hidup di era absurd, replika neraka. Kita versus mereka, disilusi, janji hampa. Aku lelah dengan ocehmu, aku lelah dengan janjimu, aku akan hapuskan senyum itu di wajahmu! Kini sikapku skeptikal!"
-Seringai-

artwerk iseng yang saya buat sepulang dari merusak surat suara sebagai hak pilih saya.

Hari ini saya berhasil bangun pagi, lebih tepatnya dibangunkan pagi. Bukan untuk kuliah atau apa, melainkan sekedar merayakan hari yang katanya pesta demokrasi bagi negara ini. Pesta? Ya, begitu mereka menyebutnya, saya sendiri sih lebih suka menyebutnya dengan perjudian massal besar-besaran!!!

Perjudian? Iya. Sekarang gini, menentukan pilihan untuk sesuatu yang tidak pasti, kaitannya sama untung-untungan, namanya apa? Judi? Benar. Pernah liat rekam jejak calon-calon wakil rakyat itu? Hell no, who the hell are they?! Kalaupun ada, itu partai pengusungnya. Korup? Sudah pasti. Partai apa sih yang nggak korup di negara ini? Partai pengemis? Oke itu di sinema laga oldschool 'The Legend of The Condor Hero'. Jadi cuma untung-untungan kan? Apa bedanya sama judi yang seenaknya diharamkan MUI?

Lalu saya harus memilih siapa?!! Oke, saya terlanjur skeptis. Sudah sejak lama saya memutuskan bahwa saya tidak akan memilih siapapun, bahkan sebelum saya punya hak untuk memilih, otak saya sudah cenderung skeptikal. Dalam kondisi seperti ini, biasanya banyak counter semacam "Generasi muda harus memilih demi kemajuan bangsa 5 tahun ke depan" atau "Kalau pemilu aja golput, jangan protes sama masa depan bangsa kalau wakilnya salah.", oke fine. Tapi sekali lagi, saya terlanjur skeptis. Wakilnya salah? IYA MEMANG MEREKA SEMUA SALAH, LALU HARUS PILIH YANG MANA?!

Kalau antara memilih dan tidak memilih sama-sama perjudian yang taruhannya masa depan bangsa, lebih baik saya berjudi dengan tangan saya sendiri, bukan lewat tangan orang-orang pengumbar senyum lebar di spanduk-spanduk pinggiran jalan.

Yak, akhirnya dengan percaya diri saya pergi ke tempat pengumpulan suara atau apalah namanya. Buat milih? Iya, buat milih untuk tidak memilih. Hancurkan saja surat suaranya biar tak dimanipulasi. Lagian uang lima puluh ribu dalam amplop serangan fajar tadi pagi lumayan untuk jajan sepulang dari tempat pesta kita ini.

Saya pergi dengan kostum seperti ini. Big thanks to Mas Rian dari Cronos Zine Bandung yang sudah mengirimkan kaos sekeren ini sehingga saya menjadi pusat atensi di tempat pesta demokrasi.
V-sign is not always 'peace', sometimes it means 'fuck you'!
Tapi maaf mas Rian, saya menyalahi tulisan di kaos tersebut dengan tetap pergi ke kotak suara untuk merusaknya. haha.

Jujur, saya heran dengan banyaknya partai dan banyaknya calon yang sekali lagi who the hell are they?! Selain itu betapa besarnya surat suara yang mungkin seukuran A2, oke alangkah lebih baiknya kalau kertas-kertas ini dihiasi cetakan-cetakan poster dengan tema perlawanan, atau tubuh telanjang bintang AV mungkin, bukannya nama-nama absurd yang hobi mengumbar janji palsu. Saya akui ini adalah pertama kalinya bagi saya menjadi pemilih resmi dan datang ke tempat judi nasional ini, jadi maklum kalau saya terkesan 'nggumunan'.

Tibalah giliran saya, apa yang saya lakukan, keluarkan barang yang ada di saku celana saya. Spidol. Yah, memang tujuan awal saya membubuhkan tulisan FUCK di tiap cetakan yang menjadi hak saya. Inilah yang saya bilang berjudi dengan tangan saya sendiri, toh sama-sama mempertaruhkan masa depan bangsa, buat apa percaya?! Memilih untuk tidak memilih juga merupakan pilihan. Alhasil saya pulang dengan tenang, dan terimakasih lembaran lima puluh ribunya~

Sedikit tulisan dari Mas Dieqy (Babebo Zine - LPM Ideas Jember) mengenai foto yang saya unggah terkait dengan tulisan ini.

No comments:

Post a Comment

mari kita mulai diskusi kita dari sini